Didunia ini, terdapat
ribuan jenis burung. Dan Indonesia, memiliki sekitar 1.500an jenis
burung. Sebagian dari jenis tersebut adalah termasuk jenis burung
penyanyi atau song bird yang bersuara merdu. Burung yang memiliki
irama, nada, dan frekuensi kicauan berulang-ulang dikenal dengan
sebutan burung penyanyi atau burung berkicau.
Kenari termasuk salah
satu burung penyanyi yang cerdas. Baik itu kenari lokal maupun
import. Ada yang menganggap bahwa kenari lokal suaranya tidak bagus.
Ada yang bilang bahwa kenari lokal bodinya kecil, dan lain
sebagainya. Saya rasa, pendapat tersebut tidaklah tepat, sebab baik
kenari lokal maupun import memiliki keunggulan masing-masing.
Berbicara mengenai suara
kicauan merdu kenari, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa
suara kicauan merdu kenari diwariskan dari bapaknya. Bakat alamiah
yang diturunkan dari kedua orang tuanya ini adalah bakat bawaan/
nature. Pndapat ini dikemukakan oleh seorang ahli genetika Tony Buzan
dari Inggris.
Ada pula yang menyebutkan
bahwa suara kicauan merdu kenari berasal dari proses
berlatih. Proses ini dikenal dengan nama proses bentukan / nurture.
Pernahkah anda mendengar bahwa kenari Japanese Hoso merupakan kenari
penyanyi yang memiliki suara khas jepang ini adalah berasal dari
anak-anak
burung yang tidak menyanyi secara alami, tetapi dengan meniru burung
penyanyi utama (tutor) yang ditempatkan di kandang penangkaran.
Aktivitas menyanyi merupakan keterampilan yang bisa dipelajari, bisa
dicapai dengan cara meniru, dan terus dilatih agar sempurna.
Berdasarkan
informasi yang saya peroleh, fenomena meniru ini disebut dengan
imprinting.
Imprinting
adalah
salah
satu bentuk pembelajaran dalam mengekspresikan perilaku yang didapat
melalui proses meniru atau mencontoh. Imprinting terjadi pada periode
waktu tertentu, yang disebut sebagai periode kritis (critical
period).
Berdasarkan
penelitian pada burung penyanyi, terlihat bahwa proses pembelajaran
jauh lebih penting daripada sekadar memiliki bakat. Sebenarnya
kegiatan melatih burung bernyanyi telah dilakukan oleh para hobiis
burung penyanyi. Usaha mendengarkan suara burung yang merdu (disebut
master atau tutor) sudah biasa dilakukan hobiis. Hal itu menunjukkan
bahwa song
learning telah
dilakukan.
Kenari Lokal |
Namun,
song learning hanya efektif pada fase kritis (critical
period)
ketika sel-sel saraf dan pusat suara yang terdapat di otak sedang
berkembang. Pada masa itulah sebaiknya proses song
learning dilakukan.
Song learning dapat dilakukan dalam dua bentuk. Pertama, meletakkan
anak burung jantan di dekat burung jantan dewasa bersuara merdu yang
berperan sebagai tutor (master). Kedua, dengan mendengarkan rekaman
suara (dalam bentuk kaset) burung yang merdu.
Secara
alamiah, suara unggas dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu suara
panggilan dan suara nyanyian. Suara panggilan biasa digunakan untuk
berkomunikasi dengan sesama burung, adanya isyarat musuh, saat
terkejut, dan saat menemukan makanan. Sedangkan suara nyanyian
digunakan sebagai pernyataan wilayah kekuasaaan dan juga sebagai
atrraksi untuk memikat betina. Yang perlu diingat adalah suara
panggilan terdapat pada burug jantan dan betina. Sedangkan untuk
suara nyanyian, hanya terdapat pada burung jantan saja. Pada spesies
burung, kebanyakan suara nyanyian memang diproduksi oleh burung
jantan.
Jadi,
kesimpulannya adalah, bahwa semua kenari penyanyi bisa dibentuk
dengan proses pembelajaran imprinting.
Meskipun itu adalah kenari lokal. Yang terpenting adalah suara
nyanyiannya yang merdu mendayu-dayu. Persoalan utama yang belum
membuahkan hasil sampai sekarang adalah, bagaimana kita bisa
menciptakan kenari penyanyi yang bersuara khas Indonesia? Bagaimana
kita bisa membentuk karakter suara khas nyanyian musik Indonesia?
Kita tahu, bahwa jenis musik tradisional Indonesia sangat banyak
sekali. Ada musik dari jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi, papua,
dan lain sebagainya. Bisa menjadi kemungkinan, bahwa suatu saat nanti
kita bisa mencetak karakter suara kendang, gamelan, angklung, atau
musik tradisional lainnya pada burung kenari. Seperti halnya kenari
japanese hoso, russian canary, persian canary, dan sebagainya.
Apakah
bisa terjadi? inilah logikanya. Sebetulnya menurut hemat kami, burung
atau bahkan manusia mampu berbicara. Sebab ia selalu mendengar dan
akan berbicara apa yang pertama ia dengar. Contohnya adalah bayi
Indonesia yang berumur 7 hari atau katakanlah 1 bulan kemudian dibawa
ke Inggris sampai umur 2 tahun, maka ia akan bisa bicara dengan
bahasa Inggris, bahkan kemungkinan ia lupa dengan bahasa ibunya.
Sama
halnya dengan kenari, jika mulai berumur 1 hari kita perdengarkan
terus menerus suara kicauan burung lain tentu saja ia akan lupa suara
aslinya dan akan terus berkicau dengan suara burung yang ia dengar.
Hanya saja yang terpenting dari kenari adalah batasan-batasan atau
kemampuannya dalam merekam (imprinting) suara lain. Untuk itu
siapapun anda jangan khawatir dengan kenari lokal, terus
bereksperimen untuk menumbuhkan kecintaan dan membentuk kenari lokal
khas Indonesia yang ideal.
kayaknya sulit mencetak kenari khas indonesia mas. saya juga punya kenari lokal, saya coba untuk memaster dan menjodohkan dengan kenari import.
ReplyDelete